Kamis, 25 April 2013

Hasil Diskusi Kelompok 6



1.      Pertanyaan ibu Cahaya
Coba tanggapi untuk semua kelompok pernyataan ini "kedudukan guru mencerminkan profesionalitasnya, namun masih saja terdapat oknum guru yang menjadi "tim sukses" untuk Ujian Nasional anak didiknya." Kira-kira dalam hal ini siapa yang harus dibenahi?

Jawaban: Menurut kelompok kami yang harus dibenahi adalah keseluruhan sistem yang diterapkan bukan hanya guru yang harus berbenah tetapi murid juga harus dibenahi. Ujian Nasional merupakan cambuk bagi sekolah apabila banyak murid  yang tidak lulus, hal ini memberikan pengaruh buruk kepada guru maupun murid untuk berbuat curang dalam melaksanakan UN, yang mereka pikirkan bagaimana dapat lulus tidak perduli cara yang mereka lakukan untuk lulus itu baik atau buruk. Guru maupun murid harus diberi pelatihan bagaimana membangun sistem ujian nasional yang terbebas dari kecurangan, serta perbanyak sosialisasi mengenai ujian nasional.

2.      Pertanyaan dari Rahmi Nike Rosahin
Assalammualaikum. Wr. Wb
numpang tanya yaa...
1. Bagaimana cara kita sebagai calon guru mendidik dan mengajar anak untuk menjadi lebih baik lagi, tetapi dalam kenyataannya anak tersebut memang sulit sekali untuk dididik dan diajari?
2. Seorang guru dituntut untuk tampil sempurna, tapi guru juga manusia. Apa yang harus guru lakukan disaat ia sedang sakit maupun sedang mengalami suatu permasalahan, tapi harus sempurna dalam mengajar?
3. Tolong ya jelaskan lebih rinci mengenai prinsip-prinsip humanistik approach!

Terima Kasih Sebelumnya, ...
Jawaban:  Tangapan menurut kelompok kami  1. Bagaimana cara guru  mendidik agar lebih baik kita sebagai guru memperhatikan beberapa anak yang mengalami kesulitan dalam belajar ini telihat sangat aktif atau bahkan lebih aktif maka kita harus berusaha supaya anak anak ini terus berada didekat kita kontak fisik seperti merangkul atau memegang pundak bisa meningkatkan perhatian mereka. 2.meski dalam keadaan sakit,mengalami suatu permasalahan  guru harus mempunyai persiapan untuk memberikan tugas dikelas atau dirumah agar siswanya tidak ketinggalan pelajaran.3. prinsip-prinsip humanistic approach menekankan bahwa pendidikan pertama-tama dan yang utama adalah bagaimana menjalin komunikasi dan relasi personal antara pribadi-pribadi dan antar pribadi dan kelompok di dalam komunitas sekolah. Relasi ini berkembang dengan pesat dan menghasilkan buah-buah pendidikan jika dilandasi oleh cinta kasih antar mereka. Pribadi-pribadi hanya berkembang secara optimal dan relatif tanpa hambatan jika berada dalam suasana yang penuh cinta (unconditional love), hati yang penuh pengertian (understanding heart) serta relasi pribadi yang efektif (personal relationship).

3.      Pertanyaan dari Rizky Setiawan
Guru sebagai inisiator, yakni pencetus ide-ide.
Apa berarti guru itu menghegemoni siswanya?
Apa dapat disimpulkan ideologi yang dipegang guru akan dipegang siswanya pula?
Jika iya, bagaimana sebaiknya ideologi seorang guru itu?
Mohon pencerahannya.
Terimakasih!
Jawaban: Tanggapan menurut kelompok kami guru inisiator adalah guru yang mampu mengetahui dan memahami kondisi siswa, lingkungan permainan siswa, bakat siswa, kecenderungan siswa, kondisi orangtua siswa, mata pelajaran siswa, keberhasilan dan kegagalan siswa.

Secara teknis, guru dikatakan inisiator apabila memiliki ciri-ciri antara lain: Mengembangkan atau menyempurnakan model pembelajaran yang sudah ada sehingga lebih sempurna. Menemukan hal baru yang belum ada dalam dunia pendidikan. Mengacu pada tujuan pendidikan nasional, institusional, dan kurikuler. Mempunyai gagasan baru untuk diterapkan dalam kelas. Mampu memadukan antara teori dan praktek. Mampu menjabarkan buku teks ajar dengan lingkungan sekitar. Memotivasi anak mempelajari lingkungan sekitar. Memotivasi anak mempelajari lingkungan alam untuk disesuaikan dengan buku teks ajar. Memberi contoh pada peserta didiknya untuk disiplin dan betanggungjawab. Memotivasi anak didik untuk mengadakan pengamatan fenomena sosial dan penelitian ilmiah pada alam. Memotivasi peserta didik untuk mengkritisi buku teks ajar dan mengembangkannya sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat global.

4.      Pertanyaan dari Lisa Ariani
Ingin meminta penjelasan kalian tentang guru harus memiliki kemampuan profesional, Memiliki kapasitas intelektual, Memilki sifat edukasi sosial.
Coba kalian jelaskan dan berikan contohnya...
Makasih...
Jawaban: Menurut tanggapan dari kelompok kami 1. Kemampuan professional Guru mempunyai tu­gas untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan pem­belajaran, untuk itu guru dituntut mampu menyampaikan bahan pelajaran contohnya ; Seorang guru hendaknya mampu menguasai beberapa metode pembelajaran untuk dikembangkan pada materi yang berbeda.2. kapasitas intelektual a kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas mental -berpikir, menalar, dan memecahkan masalah contohnya;seorang guru memberikan tugas agar bisa dikerjakan dirumah. 3. Sifat edukasi sosial adalah kemampuan bersikap dan berbudi pekerti. Contohnya guru lebih teladan dalam mendidik agar siswa lebih sopan terhadap seorang guru.

5.      Pertanyaan dari Rina Rahmawati
“Guru di sekolah tidak hanya sebagai transmiter, tetapi juga sebagai transformer dan katalisator dari nilai dan sikap.”
Tolong jelaskan beserta contoh mengenai peranan guru sebagai transformer dan katalisator itu seperti apa? Terimakasih.

Jawaban: Guru sebagai transformer berarti guru dapat merubah sikap anak didiknya, peran guru sebagai transformer ini tentunya sangat penting dimana guru berperan untuk merubah sikap anak didiknya ke arah yang lebih baik.
Contohnya, disekolah guru menetapkan beberapa peraturan yangharus dipatuhi, tentunya peraturan ini maksudnya untuk mengarahkan siswa pada sikap yang lebih baik. Sedangkan peranan guru sebagai katalisator adalah sebagai pembaharu. Guru berperan dalam melakukan pembaharu ini tentu maksudnya juga untuk mengarahkan siswa agar menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. Tidak hanya terkait perubahan sikap ataupun kecerdasan, tapi juga untuk berbagai hal, seperti perubahan moral, kebiasaan, displin dll.

Senin, 22 April 2013

Hubungan Kurikulum, Guru, dan Pengajaran

Pembahasan Materi Kelompok 6
“HUBUNGAN KURIKULUM, GURU, DAN PENGAJARAN”
1.        Agustina Tutiyuliana    (A1B110019)
2.        Dedy Herwin Rendy     (A1B110037)
3.        Mina Emylia Olfah       (A1B110004)
4.        Rina Rahmawati            (A1B110002)

A.    Pengertian Kurikulum
Istilah Kurikulum (curriculum), yang pada awalnya digunakan dalam duni olahraga, berasal dari kata curir (pelari) dan curere (tempat berpacu). Pada saat itu kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari mulari start sampai finish untuk memperoleh medali atau penghargaan. Kemudian, pengertian tersebut diterapkan dalam dunia pendidikan menjadi sejumlah mata pelajaran (subjek) yang harus ditempuh oleh seorang siswa dari awal sampai akhir program pelajaran untuk memperoleh ijazah.

Dari rumusan pengertian kurikulum tersebut terkandung dua hal pokok, yaitu 1. Adanya mata pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa dan 2. Tujuan utamanya yaitu untuk memperoleh ijazah. Dengan demikian, implikasi terhadap praktik pengajaran yaitu setiap siswa harus menguasai seluruh mata pelajaran yang diberikan dan menempatkan guru dalam posisi yang sangat penting dan menentukan.

B.     Fungsi Kurikulum
Fungsi kurikulum bagi seorang guru adalah sebagai pedoman dalam melaksanakan proses belajar-mengajar. Bagi kepala sekolah dan pengawas kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman dalam supervisi atau pengawasan. Bagi siswa itu sendiri, kurikulum berfungsi sebagai pedoman belajar.

Berkaitan dengan fungsi kurikulum bagi siswa dalam literatur lain, Alexander inglis (dalam Hamalik, 1990) mengemukakan 6 fungsi kurikulum sebagai berikut.
1.      Fungsi penyesuaian
Fungsi penyesuaian mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu mengarahkan siswa agar memiliki sifat well adjusted, yaitu mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.
2.      Fungsi Integrasi
Fungsi integrasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh.
3.      Fungsi diferensiasi
Fungsi diferensiasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu memberikan pelayanan terhadap perbedaan individu siswa.
4.      Fungsi persiapan
Fungsi persiapan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu mempersiapkan siswa untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan berikutnya.
5.      Fungsi pemilihan
Fungsi pemilihan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih program-program belajar yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
6.      Fungsi diagnostik
Mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu membantu dan mengarahkan siswa untuk dapat memehami dan menerima kekuatan (potensi) dan kelamahan yag dimilikinya.

C.    Kurikulum dan Pengajaran
Kurikulum dipandang sebagai suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan serta staf pengajarnya. Sedangkan menurut Jhonson(1967) adalah seperangkat hasil belajar terstruktur yang ingin dicapai oleh sekolah.

            Pengajaran adalah kegiatan guru untuk membelajarkan peserta didik (dalam zais, 1976). Jadi, pengajaran adalah interaksi antara guru dengan seseorang atau lebih peserta didik untuk mencapai tujuan sesuai kurikulum yang berlaku. Sehingga hubungannya kurikulum dengan pengajaran merupakan dua subsistem dari sistem yang lebih besar yaitu persekolahan dan pendidikan. Oleh karena itu antara keduanya sangat berat kaitannya maka para ahli menganggap bahwa kurikulum dan pengajaran adalah suatu kesatuan dengan demikian tidak perlu dibedakan karena yang satu tidak dapat berkaitan tanpa yang lain dan satu berpengaruh terhadap yang lain. Berdasarkan istilah itu orang menggunakan istilah kurikulum dan pengajaran untuk menghindarkan polemik yang berkepanjangan mengenai hal itu.

Fungsi guru dalam hubungan kurikulum dalam pengajaran.
1.      Guru memegang peranan penting dalam pelaksanaan proses belajar-mengajar. Salah satunya fungsi guru yaitu untuk memperbaiki situasi belajar. Selain itu sebagai perencana, pelaksana dan pengembangan kurikulum dari pengajaran. Guru adalah pembimbing, dinamisator, motivator, fasilitator dan arsitek proses belajar mengajar.
2.      Guru sebagi komunikator yaitu sebagi pemberi inspirasi dan dorongan, pembimbing dalam pengembangan sikap dan tingkah laku serta nilai-nilai, agar pembelajar menguasai materi pelajaran yang diajarkan.
3.      Guru sebagai informator yaitu pelaksanaan dengan beberapa cara mengajar informatif, praktis dan studi lapangan secara akademik maupun umum.
4.      Guru sebagai organisator yaitu pengelola kegiatan akademik seperti: silabus, workshop, jadwal pelajaran dan sebagainya.
5.      Guru sebagai motivator. Peranan ini sangat penting artinya dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar. Guru harus dapat merangsang memberikan dorongan untuk mendinamiskan potensi pembelajar menumbuhkan aktivitas dan kreativitas sehingga terjadi dinamika didalam proses pembelajaran.
6.      Guru sebagai pengarah/direktor yaitu jiwa kepemimpinan sesorang guru dalam peranan ini sangat menonjol. Guru dalam hal ini harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan pembelajaran sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
7.      Guru sebagai inisiator yaitu pencetus ide-ide dalam proses belajar. Dalam pembelajaran guru perlu memberikan ide-ide yang dapat dicontoh oleh pembelajar.
8.      Guru sebagai transmitter yaitu memberikan fsilitas untuk kemudahan pembelajaran, menciptakan suasana belajar sedemikian rupa, serasi dengan pengembangan siswa sehingga interaksi dalam pembelajaran akan berlangsung secara efektif.
9.      Guru sebagai mediator yaitu penengah dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu, mediator dapat diartikan perancang pengembang dan penyedia media serta cara memakai dan mengorganisasikan pengguna media.
10.  Guru sebagai evaluator yaitu peranan akhir kegiatan guru dalam pembelajaran adalah melakukan evaluasi. Dalam hal ini guru mempunyai otoritas unttuk menialai keberhasilan pengajaran.

D.    Peran Guru dalam Mengembangkan Kurikulum
Kurikulum memiliki dua sisi yang sama pentingnya yakni kurikulum sebagai dokumen dan kurikulum sebagai implementasinya. Sebagai sebuah dokumen kurikulum berfungsi sebagai pedoman bagi guru dan kurikulum sebagai implementasi adalah realisasi dari pedoman tersebut dalam kegiatan pembelajaran. Guru merupakan salah satu faktor penting dalam implementasi kurikulum. Bagaimanapun idealnya suatu kurikulum tanpa ditunjang oleh kemampuan guru untuk mengimplementasikannya, maka kurikulum itu tidak akan bermakna sebagai suatu alat pendidikan, dan sebaliknya pembelajaran tanpa kurikulum sebagai pedoman tidak akan efektif. Dengan demikian peran guru dalam hal ini adalah sebagai posisi kunci dan dalam pengembangnnya guru lebih berperan banyak dalam tataran kelas.

Peran sebagai pengembang kurikulum, guru memiliki kewenganan dalam mendesain sebuah kurikulum. Guru bukan saja dapat menentukan tujuan dan isi pelajaran yang disampaikan, akan tetapi juga dapat menentukan strategi apa yang harus dikembangkan serta bagaimana mengukur keberhasilannya. Sebagai pengembang kurikulum sepenuhnya guru dapat menyusun kurikulum sesuai dengan karakteristik, visi dan misi sekolah, serta sesuai dengan pengalaman belajar yang dibutuhkan siswa.

Dilihat dari segi pengelolaannya, pengembangan kurikulum dapat dibedakan antarayang bersifat sentralisasi, desentralisasi, sentral desentral :

1.   Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum yang Bersifat Sentralisasi
Dalam kurikulum yang bersifat sentralisasi, guru tidak mempunyai peranan dan evaluasi kurikulum yang bersifat makro, mereka lebih berperan dalam kurikulum mikro. Kurikulum  makro disusun oleh tim khusus yang terdiri atas para ahli. Penyusunan kurikulum mikro dijabarkan dari kurikulum makro. Guru menyusun kurikulum dalam bidangnya untuk jangka waktu satu tahun, satu semester, beberapa minggu, atau beberapa hari saja.

Kurikulum untuk satu tahun disebut prota, dan kurikulum untuk  satu semester disebut dengan promes. Sedangkan kurikulum untuk beberapa minggu, beberapa hari disebut Rencana Pembelajaran. Program tahunan, program semester ataupun rencana pembelajaran memiliki komponen-komponen yang sama yaitu tujuan, bahan pelajaran, metode dan media pembelajaran dan evaluasi hanya keluasan dan kedalamannya berbeda-beda. Tugas guru adalah menyusun dan merumuskan tujuan yang tepat memilih dan menyusun bahan pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, minat dan tahap perkembangan anak, memilih metode dan media mengajar yang bervariasi serta menyusun metode dan alat yang tepat. Suatu kurikulum yang tersusun secara sistematis dan rinci akan sangat memudahkan guru dalam implementasinya. Walaupun kurikulum sudah tersusun dengan terstruktur, tapi guru masih mempunyai tugas untuk mengadakan penyempurnaan dan penyesuaian-penyesuaian.

Implementasi kurikulum hampir seluruhnya bergantung pada kreatifitas, kecakapan, kesungguhan dan ketekunan guru. Guru juga berkewajiban untuk menjelaskan kepada para siswanya tentang apa yang akan dicapai dengan pengajarannya, membangkitkan motivasi belajar, menciptakan situasi kompetitif dan kooperatif serta memberikan pengarahan dan bimbingan.

2.   Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum yang Bersifat Desentralisasi
kurikulum desentralisasi disusun oleh sekolah ataupun kelompok sekolah tertentu dalam suatu wilayah atau daerah. Kurikulum ini diperuntukan bagi suatu sekolah ataupun lingkungan wilayah tertentu. Pengembangan kurikulum semacam ini didasarkan oleh atas karakteristik, kebutuhan, perkembangan daerah serta kemampuan sekolah-sekolah tersebut. Dengan demikian, isi daripada kurikulum sangat beragam, tiap sekolah atau wilayah mempunyai kurikulum sendiri tetapi kurikulum ini cukup realistis.

Bentuk kurikulum ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya antara lain : pertama, kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat setempat. Kedua, kurikulum sesuai dengan tingkat dan kemampuan sekolah baik kemampuan profesional, finansial dan manajerial. Ketiga, disusun oleh guru-guru sendiri dengan demikian sangat memudahkan dalam pelaksanaannya. Keempat, ada motivasi kepada sekolah (kepala sekolah, guru), untuk mengembangkan diri, mencari dan menciptakan kurikulum yang sebaik-baiknya, dengan demikian akan terjadi semacam kompetisi dalam pengembangan kurikulum.

Beberapa kelemahan kurikulum ini adalah: 1) tidak adanya keseragaman untuk situasi yang membutuhkan keseragaman demi persatuan dan kesatuan nasional, bentuk ini kurang tepat. 2) tidak adanya standart penilaian yang sama sehingga sukar untuk diperbandingkannya keadaan dan kemajuan suatu sekolah/ wilayah dengan sekolah/ wilayah lainnya. 3) adanya kesulitan bila terjadi perpindahan siswa kesekolah/ wilayah lain. 4) sukar untuk mengadakan pegelolaan dan penilaian secara nasional.5) belum semua sekolah/ daerah mempunyai kesiapan untuk menyusun dan mengembangkan kurikulum sendiri.

3.         Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum yang Bersifat Sentral- Desentral
            Untuk mengatasi kelemahan kedua bentuk kurikulum tersebut, bentuk campuran antara keduanya dapat digunakan yaitu bentuk sentral-desentral. Dalam kurikulum yang dikelola secara sentralisasi-desentralisasi mempunyai batas-batas tertentu juga, peranan guru dalam dalam pengembangan kurikulum lebih besar dibandingkan dengan yang dikelola secara sentralisasi. Guru-guru turut berpartisipasi, bukan hanya dalam penjabaraban kurikulum induk ke dalam program tahunan/ semester/ atau rencana pembelajaran, tetapi juga di dalam menyusun kurikulum yang menyeluruh untuk sekolahnya. Guru-guru turut memberi andil dalm merumuskan dalam setiap komponen dan unsur dari kurikulum. Dalam kegiatan yang seperti itu, mereka mempunyai perasaan turut memilki kurikulum dan terdorong untuk mengembangkan pengetahuan dan kemampuan dirinya dalam pengembangan kurikulum.
Karena guru-guru sejak awal penyusunan kurikulum telah diikutsertakan, mereka memahami dan benar-benar menguasai kurikulumnya, dengan demikian pelaksanaan kurikulum di dalam kelas akan lebih tepat dan lancar. Guru bukan hanya berperan sebagi pengguna, tetapi perencana, pemikir, penyusun, pengembang dan juga pelaksana dan evaluator kurikulum.

Sumber:
Hernawan, Herry Asep. 2008. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Arifin, Muhammad. 2013. Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum untuk Instruksional, (Online), (http://akhmuhammadarifin.blogspot.com/2013/04/peranan-guru-dalam-pengembangan.html) , diakses 19 april 2013.